![]() |
sumber: IMDb.com |
Korea
Selatan (Korsel) tak hanya tentang Kdrama nya saja, atau Kpopnya, atau
apalah-apalah yang serba K lainnya. Di balik kegilaan produksi drama, musik dan operasi-operasi lainnya yang membludak negeri ginseng ini juga lihai memproduksi
film sejarah yang berkualitas. Setidaknya inilah yang bisa kita nikmati
dalam film Operation Chromite.
Film yang diproduksi pada tahun 2016 lalu ini mengisahkan
bagaimana upaya beberapa tentara Korea Selatan (korsel) mengusir pasukan Korea
Utara (Korut) dari kota Incheon, atas komando Jenderal Doughlas McArthur (Liam
Neeson) selaku komandan PBB.
Seperti yang kita ketahui bersama, Incheon adalah bagian
dari Korsel dan menjadi kota
penting sampai sekarang. Bahkan pada 2014 lalu, kota
ini menjadi tuan rumah Asian Games, pesta olahraga terbesar di Asia .
Film terbitan CJ Entertainment ini bahkan sudah memacu
adrenalin penonton sedari awal cerita. Aksi-aksi Jang Hak Soo/Park Choel Nam (Lee Jung
Jae) dan kawan-kawannya yang menyelinap masuk ke dalam kesatuan tentara Korut
yang dikomandoi perwira psikopat bernama Lim Gyen Ji (Lee Beom Soo) semakin menambah
ketegangan selama 110 menit film berjalan.
Jang Hak Soo, yang selama penyamaran memakai nama seorang
perwira tinggi Korut yang sebelumnya ia bunuh, Park Choel Nam, berhasil masuk
dan menyamar sebagai perwira tinggi Korut dari Pyongyang bersama tujuh prajurit
lainnya. Mereka pun mempelajari apa yang sedang direncanakan oleh tentara Korut di
Incheon. Hingga jebakan yang mereka buat berbalas dengan jebakan lain yang mereka
terima dari Lim Gyen Ji.
Harus saya akui, aktor dan aktris Korea memang sangat lihai menguras
emosi penontonnya lewat akting yang menawan. Terlebih Lee Beom Soo yang
benar-benar membuat saya ingin mecabik-cabik wajahnya karena aktingnya yang
tanpa cacat itu.
Sementara
Lee Jung Jae? Perempuan Indonesia mana yang tidak klepek-klepek sama aktor yang satu ini. Tampan, pakai seragam
tentara pula. Lemaslah ABG tanah air.
Ketegangan yang tampak jelas di mimik mukanya selama penyamaran dilakukan
semakin membuat penonton wanita ketar ketir jika penyamarannya ketahuan pasukan
Korut.
Bagi kaum adam, tenang. Kalian tidak akan fakir pemandangan
indah di sini. Karena Dik Jin Se Yeon (Han Chae Seon) siap menyilaukan mata
lewat kecantikannya sebagai petugas medis. Ditambah ia selalu mengenakan
seragam perawat. Ah, habislah kita. Ya walaupun petugas medis Korut.
Selaku sutradara, John H. Lee tampaknya tidak ingin
meninggalkan kekuatan film Korea
kebanyakan. Yap , dramanya. Sekalipun bertema
perang dan banyak terjadi baku
hantam, film ini juga menyelipkan kisah drama dengan makna yang sangat dalam. Meskipun
porsinya lebih kecil, bumbu drama yang disajikan mampu menyatu dengan kisah
perjuangan yang mengorbankan nyawa dan menguras air mata.
Meski kuat dalam segi cerita, film ini tidak begitu sempurna
dari sisi visualnya akibat keterbatasan biaya. Harus diakui, Operation Chromite
ini memiliki kualitas yang rendah (jika tak ingin dibilang jelek) dan terdapat beberapa
penampakan yang cacat secara visual. Pertimbangan ini pula yang sepertinya
menjadi alasan IMDb hanya memberi nilai 6.2 pada film yang pernah memuncaki Box
Office Korea
ini.
Namun, buruknya sinematografi Operation Chromite mampu ditutupi
oleh akting para pelakonnya yang sangat, jika biasa dibilang pecinta film
Conan, daebak! Terlebih kepiawaian John H. Lee menyusun scene per scene, dari
awal hingga akhir cerita tertata sangat rapi dan nyaman untuk ditonton.
Selain dasar-dasar perjuangan suatu bangsa dan cerita yang
menyentuh, bagi saya, yang membuat film ini menarik adalah ketika Lim Gyen Ji
dan beberapa perwira tinggi Korut beberapa kali membaca buku-buku “kiri”, dan
sempat mempertanyakan pada Park Choel Nam kenapa ia tidak pernah membaca buku?
Bahkan, dalam pertempuran terakhir mereka, Gyen Ji masih sempat bertanya “apa yang salah dengan Komunis? Kenapa kau
tidak mau membacanya?”
Ini tentu menunjukkan bagaimana sebuah buku berperan vital
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena buku juga bisa menentukan bagaimana sebuah negara menentukan
nasibnya. Dan tanpa membaca buku pula,
kita bisa menjadi musuh besar, walau sebelumnya adalah saudara satu bangsa.
Secara
tidak langsung pula, kebiasan membaca pasukan komunis Korut yang ditunjukkan
film Operation Chromite ini sedikit membuka imajinasi saya mengapa banyak
penulis-penulis besar, peraih nobel, hingga filsuf-filsuf dunia berasal dari
poros kiri.
Wah aku belum pernah nonton ini, tapi emang sih aktingnya Lee Bom Soo bagus banget. Aku dari dulu ngefans sama aktingnya wkwk. Plot ceritanya juga menarik gitu, film sejarah yang membuat orang terhanyut dalam ceritanya. Wah. Must to watch nih.
ReplyDeleteNah kalau film kaya aku suka. Eh tapi tetap bahasa Korea ya (ya iyalah yaaaa). Mesti baca teks dong. Mau aja suami nonton ah filmnya. Makasih reviewnya.
ReplyDeleteBikin penasaran aja deh, reviewnya Mas Wanda. Korea emang punya film menarik yang heroik. Dan ini bisa jadi selingan soalnya nonton cerita yang unyu-unyu melulu kadang bosen juga. :D
ReplyDeleteAda juga ya film sejarahnya, tahunya film drama Korea saja. Ceritanya cukup menarik untuk ditonton, jadi membuat penasaran akan adegan akhir ceritanya.
ReplyDeleteentah kenapa mas.. saya kalau udah berbau korea mesti udah kayak males nontonnya.. Mending nonton film indonesia aja walaupun kebanyakan cabul dan humor gak jelas. mungkin saya terlalu nasionalis wkwkwk
ReplyDeleteWah baru tau ternyata gak cuma drama2 kalai film korea. Coba cari ah, siapa tau seneng. Selama ini gak pernah nonton film berbau korea
ReplyDeleteHmm kalau setting sejarah, menarik nih Korea. Kalau film HK (Cina) sekarang heroisme RRC makin santer difilmnya, begitupun Korea kayaknya. Korsel dalam hal ini. Jadi pengen nonton versi lain malah hihi..
ReplyDeleteSudah barang tentu, para filsuf berasal dari poros kiri...karena mereka menyebarkan ideologi mereka melalui buku dan tulisan.
ReplyDeleteSempat juga baca beberapa pemikiran mereka.
Kagum,
karena akal manusia yang sebegitu luasnya membaca ilmu di bumi Allah.
Namun kekurangannya, ilmu filsafat yang tidak berdasar pada firman Allah.
Btw,
Aku (selalu) suka sama Lee Beom-So oppa~
Aktingnya di drama apalagi film...kereeen luar biasaaa.
Jadi penasaran seperti apa akting yg tanpa cacat itu? :D
ReplyDeleteKalau di Korsel gpp ya bikin cerita, film dll yg berbau2 kiri, kalau di sini msh terbatas kyknya ya..
TFS resensinya mas
wah seru nih film yang bertemakan tentang peperangan dan ada tentaranya lagi pasti menegangkan banget untuk di tonton. Download ah nanti cari filmnya di internet kayanya wajib untuk di tonton nih
ReplyDeleteSebagai penggemar film dan drakor Korea, film ini langsung kumasukin watchlist-ku. Thanks banget atas review-nyaa
ReplyDeleteIni film yang kayanya sangat minim cowo ganteng versi korea tapi diisi oleh mereka yang macho. Pantesan kenapa Korsel hubungannya sangat dekat dengan US, akhirnya saya paham setelah nonton film ini. Awal-awalnya kaya yang enggak akan ada adegan melow ini film, eh akhir2nya sedih walaupun mereka berhasil.
ReplyDeleteDuh... ini poster filmnya ngga ada yang berwajah kiyut. Mungkin asli sebelum operasi hehehe. Pecinta korea punya alternatif genre untuk menonton film. Keren juga ini ya :)
ReplyDeleteBukan penggemar film perang2 ngan sih. Habisnya gak suka yg berdarah2
ReplyDeleteTp setuju dg poin baca buku. Sering banget kita ini gak mau baca buku yg berbau sensitif.Padahl kita perlu tahu juga
Kalau untuk kekoreannya sih aku kurang suka. Genre film peperangan pun kurang menikmati. Tapi begitu baca di akhir, duh, kok sepertinya menarik. Hahahaha. Kalau yang berhubungan dengan paham kiri di dalam film ini mendapat porsi yang banyak apa tidak, Mas? Atau lebih banyak aksi dan dramanya?
ReplyDeleteKakakku hobi nonton pilem korea, tapi gak pernah tuh bahas-bahas pilem ini.
ReplyDeleteDari sisi lain, aku mengambil kesimpulan bahwa kaum adam gak perlu takut nonton film ini karena ada awewe yg bisa menyegarkan mata ya? Hem....