Sebetulnya nggak perlu banyak alasan kenapa harus nonton Dunkirk. Kalau aku sih cuma satu: Karena sutradaranya Christopher Nolan. Cukup. Nolan selalu berhasil membuat sebuah film menjadi lebih humanis dan make sense untuk dicerna. Ambil contoh trilogy Batman. Sebelum era Nolan, film Batman banyak dikritik karena terlalu banyak warna dan terlalu ‘komik banget’. Di tangannya, dia mengambil sisi paling manusia dari Bruce Wayne yang juga punya rasa takut, dan pribadi yang rapuh. Villain di Batman versinya pun cukup logis tentang asal usul mereka tanpa harus pakai kostum aneh-aneh dan mencolok.
Nah di Dunkirk pun Nolan mengulang hal serupa. Dia tidak perlu menampilkan perang secara berlebihan seperti adegan penuh darah, isi perut terburai, atau bagian tubuh yang lepas. Nolan mampu menggambarkan kekejaman perang hanya dengan suara dentum meriam dan desingan peluru. Ya, jika jeli tak akan kita temui ‘musuh’ di film ini. Seluruhnya di ambil dari sudut pandang 400 ribu prajurit di sudut Kota Dunkirk yang sedang frustasi dan putus asa. Nolan tidak mau lelah dengan perdebatan tak perlu dari kedua belah pihak yang berperang.
Sudut pandang tunggal itu membuat film ini begitu fokus menjaga ritmenya. Bahkan diceritakan dengan tiga sub-alur berbeda, film ini tetap begitu kokoh menjaga benang merah terhubung ke suatu titik yang ‘meledak’. Menurutku sih ini ajaib, karena kalau dibuat hanya satu plot utama, filmnya bakal jadi flat. Aku ndak bosan mengikuti filmnya walau settingnya hampir sepanjang film ada di laut.
Tidak ada pula kata-kata mutiara atau pembangkit semangat para prajurit di medan perang. Mas Nolan sadar betul, pesan film ini adalah mengingatkan kembali akan kejamnya Perang Dunia II. Walaupun patron film-film Nolan adalah soal ‘hope’, tapi tidak ada propaganda kebebasan dan kemerdekaan melalui quote klise di Dunkirk ini. Sangat humanis, bukan?
Soal cast. Fionn Whitehead sejatinya adalah pemeran utama di film ini. Tapi entah saya luput atau tidak, tidak pernah sekali pun nama karakternya disebut atau dipanggil. Bintang yang ditunggu tentu saja Harry Styles. Awal munculnya doi langsung bikin cewek-cewek yang duduk di depan saya ngilu-ngilu gemes. Tampilannya yang memang sudah ganteng jadi tambah macho dengan gimmick tentara muka cemong, dan garis muka tegas. Dunia ndak adil! Nolan bilang, instingnya ketika memilih Harry Styles sama dengan ketika dia memilih Heath Ledger untuk peran Joker.
Terlepas ini film diangkat dari sejarah atau kisah nyata, Dunkirk sangat layak masuk dalam list film perang favorit. Buatku khususnya. Dan hei, setelah nonton ini, film Saving Private Ryan kok kayaknya jadi biasa aja. =p
Nah di Dunkirk pun Nolan mengulang hal serupa. Dia tidak perlu menampilkan perang secara berlebihan seperti adegan penuh darah, isi perut terburai, atau bagian tubuh yang lepas. Nolan mampu menggambarkan kekejaman perang hanya dengan suara dentum meriam dan desingan peluru. Ya, jika jeli tak akan kita temui ‘musuh’ di film ini. Seluruhnya di ambil dari sudut pandang 400 ribu prajurit di sudut Kota Dunkirk yang sedang frustasi dan putus asa. Nolan tidak mau lelah dengan perdebatan tak perlu dari kedua belah pihak yang berperang.
Sudut pandang tunggal itu membuat film ini begitu fokus menjaga ritmenya. Bahkan diceritakan dengan tiga sub-alur berbeda, film ini tetap begitu kokoh menjaga benang merah terhubung ke suatu titik yang ‘meledak’. Menurutku sih ini ajaib, karena kalau dibuat hanya satu plot utama, filmnya bakal jadi flat. Aku ndak bosan mengikuti filmnya walau settingnya hampir sepanjang film ada di laut.
Tidak ada pula kata-kata mutiara atau pembangkit semangat para prajurit di medan perang. Mas Nolan sadar betul, pesan film ini adalah mengingatkan kembali akan kejamnya Perang Dunia II. Walaupun patron film-film Nolan adalah soal ‘hope’, tapi tidak ada propaganda kebebasan dan kemerdekaan melalui quote klise di Dunkirk ini. Sangat humanis, bukan?
Soal cast. Fionn Whitehead sejatinya adalah pemeran utama di film ini. Tapi entah saya luput atau tidak, tidak pernah sekali pun nama karakternya disebut atau dipanggil. Bintang yang ditunggu tentu saja Harry Styles. Awal munculnya doi langsung bikin cewek-cewek yang duduk di depan saya ngilu-ngilu gemes. Tampilannya yang memang sudah ganteng jadi tambah macho dengan gimmick tentara muka cemong, dan garis muka tegas. Dunia ndak adil! Nolan bilang, instingnya ketika memilih Harry Styles sama dengan ketika dia memilih Heath Ledger untuk peran Joker.
Terlepas ini film diangkat dari sejarah atau kisah nyata, Dunkirk sangat layak masuk dalam list film perang favorit. Buatku khususnya. Dan hei, setelah nonton ini, film Saving Private Ryan kok kayaknya jadi biasa aja. =p
0 komentar