![]() |
Sumber: Google |
Di loket bioskop.
“Mbak Jomblo, ya…”
“….” Satu alisnya naik, menatapa ackward ke arahku.
“Eh, maksudnya tiket film Jomblonya satu, di deretan depan. Yang jam 7.”
Hening panjang. Dan terdengar sayup-sayup bisikan julid dari antrian belakang yang semuanya berpasangan. Kebaca sih, yang berpasangan pasti mau nonton Pengabdi Setan, bawa-bawa pacar biar ada alesan buat meluk tanpa rencana. Kampret. Yang antri sendirian, pasti nonton Jomblo. Nonton Pengabdi Setan sendirian terlalu beresiko akan nihilnya pertolongan jika tiba-tiba kesurupan.
Begitu lah. Nonton Jomblo Reboot tekanan batinnya sudah dimulai bahkan sebelum masuk studio. Bangsat.
Film pun dimulai. Ketawa haha hihi sampe film selesai. Lucu? Ya pasti. Kan namanya juga film komedi. Tapi, walaupun tidak membandingkan dengan film Jomblo yang versi Originalnya, Jomblo Reboot ini keliatan terlalu memaksakan kuantitas komedinya. Terlalu banyak sketsa-sketsa dan animasi nggak perlu. Parahnya, sketsa nggak perlu itu punya durasi lumayan lama. Yang nonton udah serius, tiba-tiba ada visualisasi dengan sketsa, lucu, ketawa, garing karena kelamaan, lalu begitu balik ke adegna utama penonton udah lupa.
Sampai ke luar studio seusai film, saya merasa ada yang mengganjal. Seperti habis makan daging lalu ada serpihan yang nyangkut di gigi. Ah, baru saya menyadari bahwa itu adalah di bagian para karakternya. Jomblo Reboot masih mempertahankan formasi karakter utamanya, Agus, Doni, Olip, dan Bimo. Di bagian ceweknya masih ada Rita, Asri, dan Lani.
Yang paling mencolok adalah karakter Bimo. Pemilihan Arie Kriting bisa jadi pertanyaan bagi para penggemar Jomblo yang mengikuti dari sejak novelnya. Bimo yang mestinya Jawa tulen diperankan oleh orang dari Indonesia timur. Agak kurang pas, kalau tidk mau dibilang maksa, dengan alasan yang dibuat-buat megapa Bimo adalah orang ‘Jawa’ namun berparas ‘Papua’. Tampak sekali karakter Bimo ini ‘dipaksa’ ganti imej dengan mengganti sapaan, “Mo”, sapaan umum bagi seseorang bernama Bimo, ke “Bim”. Aku ngerti, karena sapaan “Mo”, akan mengesankan ‘Jawa Banget’. Ribet ya aku mikirnya? Begitulah. Aku kan fansnya Adhitya Mulya, si penulis cerita aslinya, jadi berasa banget.
Lalu ada pula Richard Kyle sebagai Doni. Ya Allah, ini kayak liat Mike Lewis di FTV yang jadi pemuda kampung di bawah kaki Gunung Bromo. Doi setengah mampus dialog ala mahasiswa Indonesia. Logat bulenya nggak ngeblend. Nggak heran doi cuma dapet scene sepotong-sepotong. Doni-nya Christian Sugiono adalah salah satu karakter pusat, tapi di Jomblo Reboot, Richard Kyle cuman kayak jadi pemanis aja. Padahal perannya vital.
Ge Pamungkas as Agus, kurang nyunda gimana gitu. Karakter Lani (saya lupa namanya), sinetron banget aktingnya, Nadya Saphira memang tak tergantikan. Ini sih subyektifnya aku karena suka banget cewek cakep berkerudung, Natasha Rizky sedikit memberi penghiburan buatku. Walaupun sebagi Rita menurutku dia kurang ‘kejam’.
Kalau ditanya bagusan mana Jomblo Reboot ini sama Jomblo originalnya, ya bagusan yang original ke mana-mana. Adhitya Mulya bilang film reboot ini punya cerita sendiri dan nggak sama dengan yang ori, tapi biar gimana penggemar karyanya pasti membandingkan dengan yang dulu. Di reboot ini komedinya menyesuaikan dengan keadaan anak muda millennial. Makanya bakalan banyak becandaan dengan gimmick sosmed di sini.
Tapi kalau kamu nyari lucu dan butuh ketawa karena pacarmu nyebelin atau baru saja kirim pesan dengan nada dingin berisi “ada yang mau aku omongin…”, sok atuh, nonton film ini =)
0 komentar