![]() |
Sumber Gambar: Imdb.com |
Jika Anda memiliki pikiran yang enggak-enggak saat
melihat poster atau beberapa cuplikan gambar dari film The Babysitter maka saya akan menyodorkan tangan saya dan mari kita
saling berjabat. Genre film seperti
ini ditambahkan pemeran utama wanita yang, boleh dibilang cantik, secara tidak
langsung mengerdilkan pikiran saya untuk kemudian menjadikan yang enggak-enggak
itu sebagai motivasi utama untuk saya memutuskan menonton film ini. Tidak
ada satu pun pemeran yang saya kenal memberikan nilai tambah: saya tidak perlu berekspektasi
yang berlebihan untuk film ini.
Film ini menceritakan tentang Cole, diperankan oleh
Judah Lewis, seorang remaja cemen yang takut akan banyak sekali hal.
Di usianya yang menginjak tiga belas (atau empat belas saya lupa), oleh
orangtuanya ia masih mendapatkan ‘layanan’ penjagaan oleh seorang babysitter. Si babysitter ini lah yang menjadikan pikiran yang enggak-enggak itu
muncul. Bagaimana tidak, Bee, diperankan oleh Samara Weaving, dalam film diperlihatkan begitu
nakal dan menggoda. Kesibukan orangtuanya membuat Cole terpaksa menghabiskan
hampir setiap akhir pekan bersama Bee. Berdua belaka. Membuat hubungan keduanya
menjadi teramat dekat. Dan dari kedekatan ini lah kemudian cerita berkembang.
Saya tidak pernah benar-benar menyukai dan
menghabiskan jenis film slasher seperti ini. Karena beberapa hal, sampai
sekarang saya memutuskan untuk tidak menonton SAW dan film-film sejenis. Dan ‘katanya’
The Babysitter pun merupakan film
dengan jenis serupa. Namun salah satu situs database
film menyebutkan bahwa The Babysitter bergenre
Horror Comedy. Enggak masalah, lah,
saya pikir.
Dan benar saja, film ini cukup menghibur dengan
dialog-dialognya yang lucu. Selain itu, beberapa adegan, meskipun dengan segmen
terbatas, dihadirkan dengan gaya yang dapat mengundang tawa. Ya, setidaknya bisa
lah untuk sekadar tersenyum. Tapi meski begitu film ini tetap tidak pantas
disaksikan oleh anak remaja di bawah umur. Adegan kekerasan di hampir sepertiga
film menjadi alasannya.
Di samping itu, saya suka dengan teknik
pengambilan gambar dalam film The Babysitter.
Dalam beberapa adegan, kita seolah menjadi pemeran dalam film tersebut,
pengambilan gambarnya dilakukan melalui sudut pandang orang pertama. Sayang
sekali, saya lupa untuk memperhatikan musik latar.
Sudah saya sebutkan di atas, tidak ada satu pun
pemeran film ini yang saya kenal. Namun setelah selesai menonton saya
memberikan kredit plus untuk Judah Lewis, pemeran Cole, karena menunjukkan
performa yang baik. Bukan tidak mungkin, tampaknya, dalam beberapa tahun ke
depan ia akan banyak menghiasi layar lebar yang lain.
Beberapa kali saya menyebut kata ‘dalam
beberapa adegan’. Alasannya, ‘beberapa adegan’ itu lah yang memberikan kesan. Namun
jika melihat keseluruhan film, The Babysitter
tidak terlalu memuaskan. Meski alur cerita dibuat dengan begitu rapih, ada
motif-motif yang tampak ambigu, dan konflik utama film ini diselesaikan dengan
cara yang menyebalkan.
Jika memang sedang benar-benar memiliki waktu
luang, cukup pantas lah The Babysitter masuk
ke dalam daftar tonton. Kalau ada alternatif lain yang lebih baik, tonton The Babysitter belakangan saja.
Kecuali,
kalau tujuannya untuk yang enggak-enggak, ya, silakan.
Bener horor gak nih? jadi ikuta nmikir yg enggak2
ReplyDeleteEh, bukan horor hantu-hantuan sih. Thriller kali ya lebih tepatnya
Deleteyg jadi sonya uda terkenal di pithc perfect... trus klo samara weaving, baru2 ini lewat ready or not dan guns akimbo
ReplyDelete