Alert : Mungkin saja spoiler
Ready Player One. Kehebohan warganet tentang film Ready Player One ini membuat hasrat nonton gue berubah seketika. Gue yang tadinya mau pergi nonton sendiri ditengah-tengah jam istirahat siang kantor mendadak batal karena bujukan es krim semata dari pacar. Singkatnya gue harus nonton sama dia biar dibeliin es krim. Ya ampun! Lemah saya.
Jadi, ceritanya gue mau review film ini sealakadarnya gue 'ya. Awal film gue sempet dibikin bingung sama perlombaan mobil yang akhirnya buat gue tertakjub-takjub karena jalan aspal begitu bisa terbalik sesuai dengan jadwal perlombaan. Bukan Cuma itu, mana ada jalanan aspal tau-tau ada kingkong dan teman-temannya? Hanya ada di Oasis.
Film ini menceritakan tentang game Virtual Reality (VR) di dunia tahun 2045. Dengan genre film fiksi ilmiah aksi karya Steven Spielberg ini benar-benar membuat gue terbengong-bengong paham (kan ada yang bengong-bengong tapi enggak paham). Ngerti kan ya maksud gue? Hehe.
Oasis diciptakan oleh James Halliday dengan sangat menarik, eksentrik, dan brilian! Game yang diharuskan untuk berpikir extra pikir supaya bisa memecahkan setiap part untuk memenangkan 3 kunci dan easter egg karena nantinya berhak untuk mendapatkan seluruh kekayaan yang dimilikinya termasuk mengontrol Oasis. TAPI ENGGAK SEMUDAH ITU MANTEMAN, seenggaknya enggak semudah disogok eskrim sama pacar. Karena selama bertahun-tahun jutaan orang sudah mencoba dan gagal. Beda cerita dengan Parvizal (nama di Oasis) atau Wade Watts (nama di dunia 2045) atau Tye Sheridan (nama di dunia 2018). Iya semua orang yang berada di Oasis itu menggunakan nama samaran. Bukan hanya Parvizal, Tapi Artemist, Aech, Daito, dan Sho. Ntap. Lanjut, Parvizal berhasil memenangkan 3 buah kunci dengan segala rentetan masalah dari IOI. Siapa IOI? Cari tahu sendiri di filmnya.
Sepanjang film gue cuma bilang
"Wah ..."
"Gila keren banget"
"Kok bisa begitu ya"
Sampai akhirnya keluar bioskop gue masih keliyengan. Keliyengan karena masih terasa di Oasis. Gilak! Itu film berhasil parah sih buat gue. Bahkan udah 4 jam berlalu gue masih kayak berada di Oasis. Saking keliyengannya gue sama pacar hampir sebel gegara dia diam mulu sepanjang jalan balik, katanya;
“Aku diem gegara masih terasa di Oasis, yang. Apa kita tinggal di Oasis aja ‘ya jangan Planet Namec.”
KAMI INGIN TINGGAL DI OASIS!
Karakter film Ready Player One ini menarik semua dan berwarna. Animasi yang dibuat hampir mendekati sempurna. Gue terlalu takjub nonton sampai enggak bisa dapat celah untuk memikirkan hal buruk apalagi untuk flirting sama cewek sebelah kanan gue.
Pesan moralnya dari film ini? Dunia Oasis cuma sementara, kenapa? Karena setiap Selasa dan Kamis Parvizal menutup Oasis. Dia enggak mau kayak Mr. Halliday yang terus menerus menghabiskan waktu di dunia maya jadi dia mengubah beberapa peraturan. Intinya, dunia nyata lebih penting marilah bersosial di kehidupan nyata, jangan jadi avatar di balik media sosialmu!
Semangat!
Salam manis dari Bena Manis.
0 komentar