Saya bukan
termasuk ke dalam golongan orang yang bersedia menunggu kelanjutan dari sebuah
cerita. Lebih lanjut saya juga tidak cukup sudi untuk membuang waktu
menghabiskan seri seri musiman dengan episode-episode panjang. Dua alasan
tersebut membuat saya tidak begitu tertarik untuk mengikuti serial film baik di
televise atau pun di layanan streaming. Jadi
silakan menghujat saya, karena sampai saat ini saya belum pernah melewati
episode kedua dari musim pertama serial hits
Game of Thrones. Sederhana, karena musimnya terlalu banyak, durasi yang
panjang di setiap episodenya dan paling utama: saya sudah ketinggalan terlalu
lama.
Dan sejauh ini,
baru tiga serial populer yang saya khatam.
Itu pun tidak tepat waktu, karena saya menontonnya di waktu serial tersebut
akan -dan atau baru saja selesai. Ketiga
serial tersebut adalah: Spartacus, 13 Reasons Why –yang pernah saya ulas juga di
sini, dan yang terbaru Sex
Education.
![]() |
Sex Education Cover. Source Imdb.com |
Saya harus
mengakui ketertarikan saya menonton Sex
Eduation didasari oleh judul yang menggoda. Akui sajalah, manusia normal
mana yang menyukai film (atau series) yang tidak tertarik dengan penggunaan
kata ‘sex’ di judul utamanya. Meski dalam bayangan saya, Sex Education akan bercerita tentang kumpulan orangtua yang kolot
yang menghujani anak-anaknya tentang norma-norma pergaulan bebas. Atau tentang
ceramah-ceramah sok-suci yang membosankan. Saya sudah siap dengan kemungkinan
itu. Tapi, sekali lagi, ada ‘sex’ di
dalam judul. Membayangkan tampilan visual dari judul tersebut, siapa peduli
dengan isi.
Nyatanya saya
salah. Di sini, sex tidak ditempatkan sebagai bentuk visual utama. Kamu akan
kecewa jika mengharapkan banyak adegan telanjang yang membuat kejang. Di sini sex hadir ke dalam bentuk rangkaian
narasi yang cerdas. Tambahan kata Education
di belakang ‘Sex’ di dalam judulnya bukan hanya sebagai pemanis belaka. ‘Sex
Education’ benar-benar serial yang dapat memberikan edukasi seputar seks untuk
penontonnya dengan cara yang berkelas. Kolot? Membosankan? Maafkan saya yang
pernah meragukannya.
![]() |
Sex Education Toilet Scene. Source Imdb.com |
Menghadirkan
Otis Millburn (Asa Butterfield; Hugo)
sebagai karakter utama, seorang remaja yang dianggap mengalami sedikit gangguan
seksual yang membuatnya berbeda dari kebanyakan remaja seusianya. Ironisnya,
Otis adalah putra dari Jean Millburn (Gillian Anderson; Johnny English Reborn) seorang terapis seks yang memiliki reputasi
yang cukup baik. Otis bersama dengan
Eric (Ncuti Gatwa) –pria hitam, kemayu
dan gay; kombinasi terbaik untuk menjadi minoritas di sana adalah sepasang
pecundang di sekolahnya. Masalah? Untuk
Eric yang diceritakan haus akan pengakuan, mungkin iya. Tapi bagi Otis menjadi
culun, tidak populer, kerap menjadi korban perundungan, atau tidak dianggap
sekalipun tidak pernah menjadi masalah. Dan ia cukup pede dan tidak peduli
sebagai The man in the corner.
Semuanya berubah
semenjak Maeve Miley (Emma Mackey) –seorang
cewek keren di sekolah dengan segala masalahnya secara tidak sengaja
menemukan bakat tersembunyi di dalam diri Otis. Dan iya, makna harfiah dari ‘Sex Education’ muncul dari kombinasi
Maeve-Otis ini. Semenjak kombinasi itu muncul, kita akan disuguhkan dialog-dialog
yang bernas terkait seks pun tentang anatomi tubuh manusia. Baik yang
ditampilkan secara tersirat maupun tersurat. Karena ‘dilontarkan oleh Otis,
remaja berusia 16 tahun, edukasi’ tentang seks ini tampak lebih dimengerti,
dipahami dan diterima. Baik untuk masing-masing karakter yang memiliki konflik
atau pun untuk kita sebagai penonton.
Sometimes the people we like don’t like us back, and there’s nothing you can do about it. I know what’s like when someone doesn’t like you back. But you can’t make people like you. -Otis Milburn
Yang
menyenangkan, dan menjadi nilai tambah, dengan durasi lebih kurang 50 menit
dari total 8 episode, ‘Sex Education’ tidak
melulu bercerita tentang selangkangan belaka. Lebih dari itu, segala
konflik-konflik yang mungkin terjadi di kehidupan remaja disajikan dalam banyak
narasi cerdas dan berkelas. Kamu boleh sebutkan apa masalah utamamu ketika
remaja. Di sini hampir semuanya ada. Termasuk di dalamnya masalah-masalah lain
yang menjadi sebab akibat di kehidupan muda. Sebut saja hubungan adik-kaka,
ayah-anak, ibu-anak, ayah-ibu, suami-istri, guru-murid, latar belakang keluarga
bermasalah, nilai-nilai merah, contek menyontek, klasifikasi dan pengakuan.
Apapun. Semuanya lengkap dan diceritakan dengan begitu humanis. Nilai moral?
Jika kamu peka, banyak nilai-nilai yang bisa kamu ambil dari film ini.
Well, apologizing isn't just social etiquette, it's a hugely important human ritual that brings relationships together and helps people to move forward, and you already know all that, don't you? -Jean Milburn
Dengan pemahaman
dan perbendaharaan saya yang terbatas, saya amat merekomendasikan ‘Sex Education’ untuk ditonton di rumah.
Karena meski ekslusif dan dengan mudah ditonton di layanan streaming, dengan
beberapa adegannya, ini bukan series yang
pantas ditonton gegabah di tengah perjalanan di negeri ini. Tawa, haru, miris
dan tangis akan menjadi bayaran yang setimpal.
Oh, iya. Maeve,
menjadi karakter favorit saya di sini.
0 komentar